Welcome,Nya~

Jumat, 21 Januari 2011

Etique Chapter Five

"Ada apa dengan Yukki ?" Sofiya menarik taplak mejanya bersama Faye.

"Ia tidak pernah kalah melawan tuan Ryuvan."


"M-master Ryuvan... apakau...kau... masih bangun ?" Faye memasuki kamar Ryuvan yang gelap gulita. Memang sebagai butler, melihat keadaan masternya pada jam 3 pagi agak...Faye menitikan keringat.

" Hah! Saya tidak bisa tidur..." Jawab tuannya singkat.

Faye terdiam gugup. "K-kalau... ini soal gadis itu... saya rela gadis itu dipulangkan... asal tuan Ryuvan tidak bertarung dengan kakak tuan. Kalau ternyata jalan yang kutempuh untuk menerimanya salah..." Faye semakin gugup ketika Ryuvan tertawa geli.

" Sini... mendekatlah..." Ryuvan menaruh jari panjangnya ke wajah putih Faye,membelainya pelan . "Fayeku yang bersinar. Saya tidak peduli gadis itu... Saya tidak senang , bukan karena gadis cilik itu. Saya suka Faye, Faye milikku tidak boleh diinjak begitu oleh siapapun. Bahkan kakakku..."ia membisikan kata-kata itu bagai melodi di telinga Faye. Tuan...

"Je me bats pas pour moi, mais pour tous ceux qui ont aimé ... Comprendre?" Ryvan membisikan lagi melodinya pada telinga Faye. Faye terdiam bagaikan terhipnotis. Senyuman Ryuvan yang ia lihat sangat menakutkan, sedih.

''M-m-mais… maître Ryuvan…'' Faye mencoba mengelak.

''Shhhhh….tidurlah sana….'' Ryuvan mencium jidat sang butler.


Faye kurang tidur, tidak seperti Sofiya yang sepertinya tidur sangat nyenyak. Huam... Sofiya menguap. Ia kelelahan akan apa yang terjadi kemarin, setelah membersihkan lebih dari sepuluh kamar, rasanya sekarang waktunya yang cocok untuk tidur terlihat sangat tegang, bisa saja beberapa detik lagi ia langsung berlarian panik kesana kemari. Yukki sudah berdiri mantap di halaman manor Ryuvan, sebuah pedang Zweihänder berdiri tepat di bawah tangannya. Ia menunggu perang dari sang master rumah.

Ryuvan masih terdiam di rumah. Malu mengakui, tetapi semua yang kemarin malam ia katakan bagai omong kosong. Ia benar-benar takut akan cahaya. Aku akan mati di sana...kata-kata itu menggema di kepalanya berjam-jam. Ia terus melihat rapier di tangannya. Ini... sebuah penghinaan besar...Aku sudah berjanji...tidak akan lari... Ryuvan memegang kepalanya. Terasa sakit bahkan ketika ia memikirkan cahaya yang akan menyinarinya.

" Sudah sepuluh menit..." Faye menutup jam kecilnya. Ia mengeluh. " Sepertinya tuannya akan terlambat. Mentalnya tidak akan tahan tetapi... tubuhnya...

"Maafkan keterlambatanku! " Ryuvan keluar dari manor gelap itu. Rambutnya tersinari secara alami, bagai kaca dengan jutaaan warna kaleidoscope. Rapiernya dipegangnya dengan mantap. Ia mulai berjalan mendekati kakaknya. "UHUAKKKK!" darah mulai keluar dari mulutnya. Kepalanya mulai meneteskan air yang pastinya berwarna merah. Wajahnya seketika pucat.

" Kau pasti kalah! " Yukki mengutuk adiknya. " Mati saja kau feminim !" Ia mulai menendangi adiknya yang terjatuh di lantai. " Kau bahkan tidak dapat keluar dengan selamat! " Yukki kembali mengejeknya.

" Diam kau! " Faye menarik Shaska miliknya. Tidak disangka ia hendak memakainya. Ia sudah tidak tahan lagi hendak mencabik-cabik Yukki menjadi ribuan potongan. Ryuvan langsung menghentikannya. " C'est mon combat ..."

Faye menyarungkan Shaska miliknya. Wajahnya mengeluarkan ribuan kebencian terhadap Yukki. Sofiya ketakutan melihat pemandangan itu. Darah ada di mana-mana, darah Ryuvan. Ia tidak menyangka apa yang dikatakan Faye benar-benar terjadi. Terkena matahari dan... berdarah. Itu tidak normal...

Sofiya mulai gemetaran dan faye melihatnya langsung memeluknya. " Tout ira bien… Tout Ira bien…"

"Apa ?

"Ah maaf... maksudku... Semua akan baik-baik saja..." Faye nyaris melupakan bahwa sang gadis tidak dapat berbahasa Perancis maupun bahasa Eropa Faye

tertuju pada masternya sambil mendekap gadis itu.


"viens .. divi ... trīs!" Bahasa Latvia itu keluar dari mulut Yukki dan langsung ia menjatuhkan Ryuvan yang masih bermasalah dengan batuknya. DUAK! Seketika masternya jatuh ke tanah untuk kedua kalinya.

" Ryuvan-sama! " Faye mencoba meolong tetapi larangan tuannya tetap berlaku. " Ini pertarunganku..."Faye mengurungkan niatnya dalam-dalam, ia memeluk Sofiya lebih lama.

"Kamu hanya bisa melukaiku karena aku mamang terluka... Kau selalu kalah jika kita bermain pedang asli..."

" Ya, kalau bermain... Aku tidak pernah kalah di saat serius! Gadis manusia itu milikku! Faye itu budak! "

Ryuvan tersentak dengan kata-kata terakhir milik Yukki. " Coba ulangi lagi...kakak..." Ryuvan mengatakannya dengan bangkit berdiri mencabut Raphaelnya yang ada di tanah. " ULANGI APA YANG KAU KATAKAN TENTANG FAYE DAN AKU AKAN MEMBUNUHMU! "

" COBA SAJA KALAU BISA BOCAH!"Yukki menantang Ryuvan.


Ryuvan yang berdarah-darah berhasil mementalkan serangan-serangan dari kakanya. Tubuhnya terus secara cepat kehilangan stamina tetapi kemauannya untuk bangkit memang mengejutkan. Walau wajah dan rambutnya mengalir darah, bahkan matanya, ia tidak kehilangan keseimbangan dan terus saling adu pedang dengan Yukki.

" Heh! AKU SELALU MEMBENCIMU!" Yukki mengutuk adikknya.

" Aku tidak sependapat,kakak... Kita waktu itu dipisahkan oleh keluarga, kau berubah banyak sejak kau dikirim ke keluarga Minne Ophelistia. Aku masih selalu menunggumu... bahkan di saat kau tidak mengenalku..."Ryuvan menjawab. Yukki terdiam.

"Aku iri dengan kakak yang memiliki tubuh yang bagus dan sehat. Aku ingin dapat berlari terkena cahaya sang surya yang tidak dapat sumber cahayaku, sang rembulan biru yang terus menemaniku. Warna mata kakak selalu kuingat disepanjang malam yang tersinar cahaya bulan! Aku tidak ingin bertarung..." Ryuvan menjatuhkan jatuh dahulu, pemenangnya adalah Yukki.

"Aku hanya ingin kakak bisa menerima perasaanku...

Aku tidak suka Faye yang merupakan saudaraku dihina...

Aku tidak ingin kehilangan apa yang kudapat...

Aku sebaiknya menghilang... jika dipilih antara apa yang harus kuhilangkan...

Hartaku adalah saudaraku,keluargaku,bukan manor ini..."

Tuan Ryuvan pernah mengatakan itu sejak pertama kali ia mengenalku. Ia menerimaku sebagai keluarganya padahal ia tahu saya hanyalah seorang manusia rendah yang menjadi Etique rendahan. Semua keluarga Minne menyiramiku dengan ribuan kebahagiaan yang tidak pernah kulupakan. Tugasku adalah membalas jasanya seumur hidupku...

Faye langsung berlari mengangkat masternya masuk kembali ke dalam rumah. Yukki yang terdiam hendak mengejeknya lagi tetapi..."Sofiya... bawa tuan Ryuvan ke kamarnya. " Faye menatap Yukki. " Ada yang harus kuurus..." Sarung Shaska Faye terbuka.


"K-kau sudah baikkan,Ryu ? " Yukki mengelus adiknya,Ryuvan dengan pelan.

"Kakak...kau sudah..."Shhhh! "Hal itu sudah tidak penting... nanti kau sudah sehat,kita bertarung lagi...Maafkan kakak. Aku yang iri padamu, kau yang cantik diterangi sinar rembulan. Wajahmu yang bagaikan kristal es berwarna gading dan rambutmu yang bagai sutra mengingininya juga..."Yukki hendak mengucapkan kata-kata itu tetapi...

"YAH GITULAH ! SI CEWEK BUATMUA SAJA! NGGA BUTUH! NANTI KITA DUEL LAGI!" Yukki pergi setelah "menempeleng" kepala Ryuvan. Faye yang bingung hanya tertawa kecil saya. Ia mengambil lap basah dan mengusap wajah sang master yang masih mengalami pendarahan.

"Oi! Faye! Kuakui kau...a-a-a-a-a-a-a-ADeku!" Yukki langsung berwajah merah dan kabur. Faye tertawa ringan bersama dengan Sofiya.

"Etique itu ada-ada saja,ya ? " Sofiya tertawa ringan.


"Sepertinya hubungan kalian sudah baik. Ini hadiah selamatan..." seorang (yang menurut perkiraan Sofiya seorang etique) berambut panjang hitam membawa hadiah dipita hijau kecil.

"Ah~ selamat datang tuan Astrid~ " Faye menjawab ringan."Ah~ Sofiya...perkenalkan... dia tuan Astrid Adriaan. Penyihir terbaik dalam sejarah etique, dan yang membuatku menjadi Etique..." jelasnya ringan.