Welcome,Nya~

Rabu, 22 Desember 2010

I-I...I'm completely in love!


After reading a doujin about Austria...
I'm in love with him again!!!!( well, not again... I've been really lovin him but...)
Ah~ he's so kawai and stuff~ *giggle*

He's cute and megane as well~ <3

Minggu, 19 Desember 2010

Ah~ My Stories???

Well, I made some stories here and there...
My main ones are on Fanfiction and my most proud ones is Etique.
It's quite a long story and i DO made a lot of misstypes...
I hope that everyone understands..
( I'm typing with two fingers...)
I made some fanfics too... but ... still in Indonesian.
Link to my (kinda crappy ) stories >>

Ah well... That's all~
enjoy this pic i found in Zerochan.net


Austria~

Sabtu, 18 Desember 2010

A Little Thing That I Do...

I'm still far behind those awesome people...
So I'd only share a bit...


Marchitez Girasol by ~IChiTa--WiYa on deviantART

Marchitez girasol...
My Mad Hatter OC

Fave Quote : "despite My appearance, I could tell you that I'm perfectly sane..."

A little Share Of Awesomeness~


Pride by ~EcnelisTerger on deviantART

awesome work by e-san...
I like the smile,the dark aura,the suit, almost everything!



CR Mission 5 pet by ~KarinRin on deviantART

This is an awesome work too made by KarinRin


Akatsuki by ~CanChaN525 on deviantART

Akatsuki Relaxing by ~CanChaN525 on deviantART

And some awesome work By CanChan525!!!
she's great with color pencil~ ^^

Tea and Stuff

So.. I'm here to share a bit of my interest as well~
Well, for starters...
I adore Mad Hatter's hat! Any hat is fine~
I found this great pic while surfing the net~
Of course...
It's not mine~ Links are downwards...




http://www.animegalleries.net/img/411470


ah~ I like tea also~
A pic of tea then...

from :Google


Ah~ I recently got this awesome sketch~
made by ainia-san
http://ainia-san.deviantart.com/art/Free-Sketch-For-Ichita-189981703

Well~ That's all~ *smiles*

Etique chapter Four

"Ahahaha...F.a.y.e... Kau hobi sekali mengusili dia..." Ryuvan mulai tertawa. Menangis. Tertawa. Meneteskan air mata lagi. " Aku jadi geli melihat sifatmu... " Ryuvan mencubit Faye. " Kau katakan apa tentangku kepadanya sampai ia gemetaran seperti itu ? " Tanyanya dengan nada serius.

"Eh? Aku ?" Faye tersenyum... agak licik.


"Anda tertipu..." Faye tersenyum tak berhenti. Sedikit cekikikan tetapi menjadi tenang lagi ketika melewati bawahannya. " Maid yang terakhir baru saja keluar. Kau akan diperlakukan sepertinya"

"Diperlakukan ?" Sofiya tidak mengerti .

"Iya, maid yang lalu, di "ambil" oleh kakak dari tuan Ryuvan. Ia serba bisa, seorang etique yang berbakti."

"Seperti apakah dia? " Sofiya berguman.

"Siapa? Seperti apa maksudmu ? Wajahnya ?" Faye menjawab seakan membaca pikiran Sofiya.

"M-maid itu..." Sofiya mulai mengecilkan suaranya.

"Ha~ Dia etique yang baik, berbakti dan..."

"Bukan itu! Maksudku.. wajahnya ? " Sofiya mengigit bibirnya.

"Yah... biasa saja. Rambut panjang putih, berbaju sama seperti maid lain. Sama juga seperti para butler di sini. Telinga biru safir, senyumannya manis, tetapi dia seniorku. Umurnya kalau tidak salah , 210 umur manusia." Faye mencoba mengingat.

"Telinga?" Sofiya memperhatikan pemuda berberet hijau tersebut. "Faye... mengapa kau memakai topi beret hijau lumut itu ?"

"Hmmm... anda ingin berganti topik ? Saya memakai topi ini karena saya suka. Kalau anda tidak senang, saya bisa melepaskannya." Faye melepaskan topi miliknya, rambut cokelat mudanya seakan jatuh dari topi tersebut dan juga telinganya yang bergaris-garis.

"Aaaah!" Sofiya terkejut. Ia menabrak butler dibelakangnya danmenjtuhkan barang bawaannya. " K-k-kenapa? Itu... yang ..d-d-d-di ke-kepalamu ?"

"A? Yang dari tadi kau sebut "telinga" itu ?" Faye mengelus-elus "telinga" miliknya. "Yah... ini normal...Untuk seorang etique..."

"Etique?"

"Ya... manusia seisi rumah ini adalah etique... atau sebenarnya mereka etique yang dikira manusia oleh kalian" Faye tersenyum. "Mau kubantu berdiri ?" Faye mengulurkan tangannya.

"Nanti kujelaskan lagi saat makan malam. Sofiya sebaiknya menukar bajunya dahulu. Kita akan menyajikan makanan khas etique hari ini. Eveline Diarrt dan minumannya, teh Russ Vineyard" Faye memohon ijin dari kamar Sofiya.

"Saya permisi dahulu..."


Sofiya berjalan melewati lorong yang agak panjang. Butler-butler yang melihatnya langsung berbisik satu sama lain. "Dia manusia itu...manusia yang diterima oleh Faye sendiri..." Berbisik dari satu butler ke butler lainnya. Ia mulai merasa sangat tidak enak, Ia merasa dikucilkan dari semuanya. Bahkan dari tadi, ia belum melihat siapapun yang menyerupai perempuan. Yang ia temui hanyalah para butler.

"Faye!" Sofiya tersenyum lega.

"Ada apa Sofiya?" Jawabnya sambil memasang senyuman terbaiknya.

"Tidak apa-apa. Aku hanya lega. Aku tidak mengenal siapa-siapa disini..." Sofiya berjalan mengikuti Faye yang sepertinya membawa setumpukan bedsheet.

"Hmm? Kau tidak usah mengenal mereka. Aku sendiri juga tidak mengenal mereka terlalu jauh. Mereka berbeda derajatnya dengan kita."Jawab Faye sambil mengetuk pintu.

Tok!Tok!Tok! "Tuan Ryuvan... waktunya makan bersama..."Faye mengetuk pintu kayu besar ruang tidur tuannya tersebut.

"Ya... bentar..." Suara kecil terdengar dari pintu.


Sofíya mamakai baju yang diberikan Faye. Baju tersebut tergolong formal. Evening dress berwarna seperti cream dengan pernak-pernik bermotif bunga sederhana. Bahannya halus dan ringan membuatnya gampang bergerak. Faye mengatakan baju dress tersebut terbuat dari satin.

Faye membawanya ke suatu ruangan besar dengan meja yang panjang berhiaskan sederhana, tetapi jauh indah. Terdapat berbagai hiasan sederhana juga di dinding dan disebelah kiri terdapat kaca yang sangat besar. Taman terlihat jelas jadi sana. Sepertinya ada yang minum teh di tempat itu. Apakah masih orang yang sama? Pikir Sofiya. Ia duduk di sebuah kursi yang mengarah pada kursi satunya diujung. Disana terdapat empat buah kursi.

"Apakah ada yang makan bersama ? " Tanya Sofiya.

Faye tersenyum kecil sebelum menjawab pertanyaannya. "Iya, kakak dari tuan Ryuvan berkunjung dan akan menginap malam ini. Dia baru datang semenit yang lalu. Namanya Yukki Frederik juga seorang etique."

"Apa itu etique ? " Sofiya masih bingung dengan persoalan etique. Ia merasa bingung dengan segala hal yang terjadi hari ini. Ia sudah bertemu dengan seseorang yang bisa dikatakan baginya, menakutkan dan sekarang ia akan makan bersamanya.

" Haha... saya berjanji mengatakannya saat makan... tetapi...sepertinya sekarang juga tidak apa-apa..." Faye tersenyum menarik kursi untuk Sofiya. "Silahkan duduk ..."

Sofiya duduk mendengarkan penjelasan Faye. Dari penjelasannya, Etique adalah ras yang mendekati manusia, mirip, tetapi tidak sama. Etique juga seperti karater cerita seperti werewolf dan vampire, tetapi, etique tidak menonjolkan diri dan tidak membiarkan dirinya ketahuan dengan alasan tidak ingin menggangu manusia karena sering terjadi kesalah-pahaman antara manusia dengan vampire ataupun tersebar di seluruh dunia dengan seorang keluarga sebagai Raja Etique. Etique terbagi beberapa kelas; kerajaan,bangsawaan,etique biasa,etique buangan dan etique buatan.

"Etique kerajaan adalah etique berdarah royal. Keluarga yang memerintah etique dari jaman dahulu. Mereka memiliki parlemen perkumpulan sendiri seperti lembaga di Inggris. Panggilan lembaganya adalah ROSES ( Region Of Solemn Etique Society ), tetapi... itu tidak usah dibahas... itu hanyalah politik etique..." Gfaye tersenyum saat membahasnya. " Keluarga kerajaan bermarga Surcorde, mereka terkenal rendah hati dan tidak menonjol."

"Seperti yang anda ketahui, Etique bangsawan pastinya berdarah bangsawan. Mereka terlahir sebagai bangsawan. Etique ini memiliki darah unik... karena...ehem... alasan tertentu. Hanya ada 10 etique bangsawan di dunia. Yang paling merendah adalah keluarga Minne ini. Mereka tidak takut bermain dengan etique rendah lainnya, tentunya ini pendapatku seorang... Etique biasa hanyalah etique biasa yang memiliki standar hidup sederhana." Faye melanjutkan pembahasannya.

" Etique buangan bukanlah semacam pengemis. Mereka adalah Etique yang mengingkinkan posisi lebih tinggi dengan menyerang baik raja maupun bangsawan. Etique macam ini sangatlah menyedihkan. Etique hanya dapat mati jika dibunuh etique lain dan jikalau pihak pemenang membiarkan mereka hidup, mereka akan menjadi budaknya atau dilepas. Semacam butler di sini." Sofiya terkejut akan pernyataan Faye tersebut. Jadi, butler di tempat ini adalah...

"Terakhir... etique buatan. Ini jarang sekali. Ada seorang yang sangat hebat, dapat membuat manusia menjadi etique. Itu intinya. Tentu manusia dapat menjadi etique juga...dengan dua cara..." Faye terdiam.

"dengan…?"

"Pertama, seorang etique menikahi manusia. Manusia itu dapat memilih menjadi etique menemani cintanya. Kedua, seperti yang saya sudah katakan, diubah menjadi etique…" Faye tersenyum kembali.

"Memangnya ada manusia yang dibuat menjadi etique tersebut ?" Sofíya penasaran.

" Engkau sedang melihat salah satu contoh nyatanya, Sofiya." Faye berdiri dan menaruh topi hijaunya diatas meja sampingnya. "Ah…saatnya mengambil makanan. "

Sofiya duduk mengingat-ingat . Yang diceritakan Faye menyerupai cerita dongeng anak-anak. Etique yang diambil dari kata Etika, sesuatu yang menyangkut sikap yang baik, Estetika, keindahan yang ada dan Antique, bagaikan boneka porselain cantik yang ada sampai sekarang. Etique...


Ryuvan akhirnya duduk di kursinya. Ia mamakai jas abu-abu dengan cravat berwarna hitam dilehernya. Ramutnya yang perak membuat telinga peraknya tidak terlihat dengan jelas. Gaya etikanya sangat anggun jika dibandingkan dengan orang biasa. " elamat Malam Sofiya, semoga kau senang berada di sini." jawabnya halus.

"Makanan datang..." Faye membawa tray berisi makanan. "Seperti yang dijanjikan... Eveline Diarrt dan minumannya, teh Russ Vineyard." Ia sudah menganti bajunya, Ia sama sekali tidak terlihat seperti seorang butler. Bajunya jadi putih terbuka dengan dasi pita juga mamakai pin bermotif kupu-kupu.

" Duduklah sudah,Faye. Kau seharusnya tidak usah melayani seperti ini. Berapa kali sudah kuberitahu." Ryuvan menunjuk Faye dengan garpu peraknya, etika makan yang baik (?).

"Haha~ saya terbiasa melayani,tuan Ryuvan."Faye tertawa kecil menaruh makanannya di atas meja.

"Jangan panggil aku tuan..." Muka Ryuvan memerah.

"T.u.a.n Ryuvan~ " Faye menganggunya.

"SUDAHLAH! " kali ini Ryuvan berwajah seperti buah apel. (karena apel lebih merah dari ceri). " kau sebut aku begitu lagi ... Akan kusuruh kau menjadi tuan manor ini!"

Faye terdiam.

Tidak lama kemudian Ryuvan terdiam.

Sepi.


" Yo~ Aku dah dateng... Makan apa ? "

Seseorang berwajah mirip dengan Ryuvan datang sambil membawa wine dengan tangan dibelakan kepala datang dengan seenaknya masuk ke ruangan tersebut. Faye menengok ke belakang dan memperhatikan orang itu.

"APA LO? LIATIN GUE! Stalker dasar..."orang itu tidak terlihat sangat-sangat-SANGAT kesal dengan orang itu.

" Silahkan…saya sudah mempersiapkan hidangan terbaik untuk kalian semua disini…" Faye mempersilahkan orang itu duduk dan Faye membisikan sesuatu pada Sofiya.

Dia kayak Ryuvan, Frederick Yukki Minne.

"Kakak Yukki, bersikaplah normal sedikit. " Ryuvan memotong hidangan yang ada di depannya. Sofiya juga ikutan memakan hidangan khas tersebut.

" 'Mangnya 'ku ngga Normal apah ? " Laki-laki bernama Yukki tersebut mengambil garpunya, menusuknya ke danging kecil tersebut dan melahapnya. " Kalian Saja yang terlalu..."

"Setidaknya table manner harus ada kakak..." Ryuvan membuka mulutnya kembali.

" Itu sapa ? " Tanya Yukki.

" Maidku yang baru. Namanya Sofiya, dia manusia." Ryuvan melanjutkan makanannya. Faye memulai menyantap hidangannya juga.

"Ummm... sedikit penjelasan ? " Sofiya bertanya kepada faye tetapi dijawab oleh Ryuvan.

" Ini kakakku, Yukki. Frederik Yukki Minne. Butler itu, atau lebih tepatnya kakakku yang kedua, Faye Tristan Minne. Kita sekeluarga jadi kita memakan bareng. Kau manusia, tidak boleh makan dengan butler lainnya. Apalagi Faye yang memilihmu. Saya tidak ingin maid baru menjadi korban para butler itu."Ryuvan menjelaskan.

"Faye anak pungut..." Yukki melemparkan buncis kecil yang ada di piringnya mengenai Faye.

Faye hanya terdiam.

Sofiya tidak mengira keluarga etique begitu ribet. Ia merasa bersalah sudah bertanya kepada tentang itu."Maafkan aku..."

" Maidmu minta maaf tuh... Kamu malu-maluin aja Faye..."Yukki bergerak mendekati Sofiya dan memegang dagunya. "kamu cantik juga... mau kerja ditempatku ? Disini suram loh..."

Sofiya kaget akan perkataan Yukki. Apalagi wajahnya yang tergolong cantik itu memandangi mata Sofiya tanpa henti.

Zep!

Sebuah garpu tertancap tepat di antara jari tengah dan telunjuk Yukki yang ada di meja. Faye melemparnya.

" Saya sangat harap Tuan Yukki duduk dengan baik dan tidak mengganggu maid milik tuan Ryuvan yang ini. Kau tidak puas dengan maid satunya kah ? Disini kami kekurangan orang karena dicolong engkau terus tuan..." Faye mengkerutkan alisnya dan mulai berbicara dengan nada marahnya. Ryuvan mendesah pelan lelah dengan pertengkaran ini.

Yukki seakan takut dengan faye langsung menduduki tempatnya kembali. Cih...

Ia kemudian tersenyum. " mamengnya Anak ini ingin dimiliki olehmu? Setahuku kau yang mengajaknya ke sini,Faye. Bukan tuanmu,Ryuvan." Jawab Yukki kembali secara egois.

"Saya hanya melakukan apa yang diminta tuanku. Tempat ini kekurangan orang. Saya mengantisipasinya dengan membawanya masuk sebagai maid." Faye mambuka matanya dan melihat tajam kepada Yukki.

"TAPI... buktinya Ryuvan tidak mengatakan ia mau menerima sang lady ini bukan , sebagai maid? "Yukki membalik-balikkan perkataan.

" Ia sudah diterima di manor ini. Itu sudah cukup. Tuan Ryuvan sudah mengijinkannya tinggal." Faye berkata sejujurnya.Eittt...

"Bukan berarti dia mau... bukan ? Pastinya dia lebih memilih menjadi maid di rumahku daripada maid di sini. Akan kuberikan dia fasilitas yang lebih baik tentunya." Yukki menatap Sofiya sambil mengedipkan matanya.


" BERHENTI! "

Ryuvan mengangkat tubuhnya dari kursi yang dari tadi didudukinya.

"Aku yang memilihnya ke sini! Aku yang menerimanya dan aku juga yang memilikinya sebagai maid disini. Faye , kau tidak usah membelaku. Ini masalahku. Ia sudah keterlaluan kali ini. Saya juga tidak bisa membiarkannya."

Yukki tersenyum licik.

"Baiklah, sebagai gentleman yang selalu kalian bicarakan... bagaimana jika kita duel ? Siang hari,besok di taman. Ryuvanku yang pengecut..."

"Kuterima tantanganmu." jawabnya.

"Kau menang, kau dapat Sofiya , JIKA ia mau. Aku menang, kau mulai menghormati Faye sebagai adikmu."

"Agreed." Yukki tersenyum.

Faye berwajah sangat cemas ketika membereskan maje makan. Ia berkeringat banyak pucat dan ia selalu mengkerutkan alisnya.

"Ada apa Faye ?" Sofiya bertanya. Ia memang menjadi salah satu hadiah perang diantara mereka tetapi Sofiya tidak masalah menjadi maid dimana karena ia membutuhkan tempat tinggal. Walaupn ia tidak menyukai Yukki, ia bisa menolak permintaannya untuk tinggal di sana.

"Aku cemas…Tuan Ryuvan…"

"Mengapa ? "

"Ia tidak tahan cahaya. Ia akan berdarah jira keluar, apalagi difaman pada siang hari. Saya takut ia mati saat berduel. Apalagi Yukki…"

Faye menarik nafasnya.

"Ada apa dengan Yukki ?" Sofiya menarik taplak mejanya bersama Faye.

"Ia tidak pernah kalah melawan tuan Ryuvan."

Sabtu, 02 Oktober 2010

Jumat, 01 Oktober 2010

Hetalia: Austria Bookmark

I'm sketching an Austria bookmark...
It turned something like this...
I dunno... Is it good ?
I'm not too good at making real form...
I'm not good at coloring too...


Etique chapter Three

Posting the Third Chapter...
My Friend says she likes it... so I can't stop yet..
I Hope you enjoy it too.
---

Chapter 3. Ryuvan Minne

A-A-Apa yang harus kulakukan ? Sofiya gemetaran. Ia hendak berjalan, tetapi ruangan yang ia masuki ini hampir tidak ada sumber cahaya. Hari sudah malam, ruangan sangat gelap. Sofiya mendekati kepingan silver yang menyala di tengah kegelapan. Helaian yang rapi menyala nyala di tengah kegelapan. Itu...?

Sofiya mendekati sinar tersebut. Manusia ? Seorang pemuda berumur 19 tahun-an. Wajahnya manis, kulitnya putih... terlalu putih seakan-akan sebongkah es dingin. Ia membalikkan badannya, menggaruk telinga yang berada di atas kepalanya...

...

...

...

Telinga ?

Sofiya mudur menuju tembok. Sayangnya tembok yang ia tuju ternyata adalah meja. Ia memecahkan beberapa barang, apapun yang berada di meja tersebut. Ia menemukan tempat lilin.

Setiap tempat lilin pasti sudah kutaruh lilin seadanya, Lilin sulit dicari di Jepang.

Sofiya teringat apa yang dikatakan Faye. Ia cepat cepat meraba meja tersebut untuk menyalakan satu, tetapi api tersebut mati sebelum ia menyentuh lilin. Tidak ada angin di tempat ini ,jendela juga yang membutnya mati ? Sofiya kedua kalinya menyalakan lilinnya.

"Sebaiknya kita pastikan dahulu apa keinginanmu datang ke sini, bukan ?" Pemuda itu sudah bangun , Ia mendorong Sofiya ke tembok secara halus. Sofiya bahkan dapat merasakan kulit orang tersebut, dingin. "Karena engkau memecahkan barang pemberian Simone. Walau tak berguna, aku selalu senang menerimanya. Maukah kau kuhukum ?" Suara pemuda tersebut halus, Ia berbicara dengan sedikit aksen Perancis, tetapi tetap berbahasa Jepang.

"Namamu Sofiya,bukan ?" Ia mengerakkan tangannya. Secara pelan, memegang tangan Sofiya. "Namaku Riyuu Vanne Minne, Panggil diriku Ryuvan, kalau bisa dengan master atau tuan di depannya." Jantung Sofiya berdegup kencang. Ia menutup matanya karena ketakutan, laki-laki berwajah pucat tersebut sama sekali tidak berniat melepskan genggaman tangannya dan tidak berhenti mendorongnya ke tembok.

...

...

...

...

" Kamu takut ?"

Sofiya membuka matanya hanya melihat sang pemuda tersebut duduk kembali di atas tempat beberapa kali berkedip dan terlihat sedih. Mukanya yang pucat menambah kesedihannya. Warna Topaz Biru memancar dari matanya. Ia menangis, tangisan berwarna biru, rambut berwarna perak dan baju berwarna putih.

"A-a-a-aku hanya sedikit terkejut. Nanti pasti aku akan terbiasa dengan tuan..." Sofiya berhenti berbicara sejenak. " ...aku... sudah tidak mempunyai tempat untuk pergi. Aku tidak tahu harus bagaimana kalu aku tidak bekerja di sini... Mungkin tidak ada yang mau menerima aku..." Sofiya melanjutkan.

" Kalau anda tidak mau di sini, aku tidak melarangmu. Barang pecah tersebut, anggap saja tidak pernah terjadi." Suaranya berubah. Suaranya jauh lebih dalam dan pasti. Sofiya merasa enggan. Siapakah orang ini ?

Sofiya, aku ingin bertanya padamu...Apa kau bersedia menerima keadaan tuanku?

Master Ryuvan sangat tidak tahan cahaya. Tidak dalam artian buruk ataupun perumpamaan. Ia merasa bahwa jika ia terkena cahaya ia akan terbakar habis. Saya pernah lihat pada saat ia bermandikan cahaya pada hari tersebut... Ia sampai berkeringat darah dan tidak bisa bernafas..."

"..."

"... menyerupai seorang..."

"..vampire ? Mungkin itu hal yang cocok mendeskripsikan dia.. Walau dia bukan seorang vampire..."

Ia teringat lagi perkataan Faye. Janjinya terhadap Faye bahwa ia siap menghadapi tuannya.

"Kalau aku memberitahumu lebih soal tuanku, mungkin ia akan memarahiku. Karena engkau belum tentu dipilih oleh tuanku."

Sudah tidak mungin ia bertanya lagi kepada Faye tentang apa yang akan Ryuvan dan Faye? Ataupun mengapa mereka disini. " Baiklah, aku akan pulang..." Sofiya menundukkan kepala menjauh dari kamar tidur sang tuan.

Dari kejauhan, Ryuvan melihatnya. Ia tidak berniat menghentikannya Sama sekali tidak...

...

...

...

Ah~ ahaha... ahahaha...


"Hahahaha..."

Ia tertawa, menangis... tetapi tertawa. Senyumannya indah bagaikan kristal-kristal gula...Tawanya menyeramkan.

Brak! "Tuan Ryuvan... apa yang terjadi ?" Faye pertama kalinya membuka matanya-yang sipit-. "Apa yang terjadi?"Faye memandang lurus ke Sofiya. Apa yang hendak kau lakukan?

"Aku tidak melakukan apapun... " Jawab Sofiya gemetaran. Ah?Apakah aku benar-benar takut akannya ? Faye mendesah.

"Aku mengerti Sofi... Sudahlah... pulang saja..."

Tetapi... aku tidak mempunyai tempat untuk pulang...

"Ini semua demi kebaikan kau dan tuanku."

Bukankah dia yang merekomendasikanku ?

"Maaf tuan, perkiraanku salah akan memilihnya. Faye akan menerima hukuman dari tuan..." Faye menunduk, sangat menyesal.

Ryuvan tersenyum.

"Ahahaha...F.a.y.e... Kau hobi sekali mengusili dia..." Ryuvan mulai tertawa. Menangis. Tertawa. Meneteskan air mata lagi. " Aku jadi geli melihat sifatmu... " Ryuvan mencubit Faye. " Kau katakan apa tentangku kepadanya sampai ia gemetaran seperti itu ? " Tanyanya dengan nada serius.

"Eh? Aku ?" Faye tersenyum... agak licik.


---

Yep... more chapters later...

I haven't write anything these days :D

Moga suka~ maaf banyak mistypes XD

Etique Chapter Two

Still....
I'm just re-posting from my account at FanFiction....
Languange : Indonesian
Rating : T
---
Chapter 2. Faye Tristan Minne

" Hmmm... Aku tidak pernah mengetahui bahwa ada jalan seperti ini di Jepang." Sofiya melewati sejajaran rumah bergaya Eropa . " seperti berada di tempat lain..." Ia mengecek jam. Jam lima sore...

Satu rumah besar mendapat perhatiannya. " Ini kah ? Rumah yang ada dalam alamat yang diberikan Faye ? " Tulisan kartu tersebut baru muncul setelah sejam ditangannya. Warna kartunya berubah menjadi hijau muda. Nama Faye tertulis di sana : Faye Tristan Minne.

"Permisi... ada orang di sini ? N-Namaku Sofiya.. " ia gemetaran. " Saya datang ingin melamar kerja sebagai maid..."

Wajah Faye teringat terus di kepala sang gadis. Ia tersenyum, berkata satu atau dua patah kata. Tersenyum kembali. Sedikit tertawa ringan lalu tersenyum lagi. Wajahnya yang tenang, bola mata seperti orang Jepang, rambut pendek coklat yang tertata rapi , seperti musim ...

"Apakah ada orang ? Permisi..." Sofiya mencoba mengetuk pintu besar tersebut untuk kedua kalinya. Ia sudah bertanya sekitar jalan tersebut. Banyak yang terkaget-kaget mengenai pertanyaan Sofiya tentang alamat rumah tersebut . Mengapa tidak ? Ternyata rumah tersebut lebih dapat dibilang sebuah kastil kecil di tengah-tengah kompleks perumahan di sana. Tidak ada yang tidak mengetahui rumah tersebut.

"Hati-hati...Rumornya... rumah tersebut berhantu..." semua orang yang ditanyai oleh Sofiya berkata hal semacam itu. Sofiya agak tertegun, tetapi tekadnya sudah bulat.

Aku memang lemah dan penakut, tetapi jika aku tidak mengambil kesempatan ini... aku tidak akan bisa kemana-mana lagi. Ini pilihan yang akan kupilih. Apapun di depan sana... akan kuhadapi...


Tok ! Tok! Tok!

Faye mengecek jam di kantongnya. Baru setengah enam...Waktu yang kurang baik menuruktu untuk dia datang sekarang...Ia baru saja bangun... Ia agak...Hmm...apa kata yang selalu kucari tersebut ? Fur ? Fur? Furgal sepertinya ?Yah, apa yang bisa saya lakukan ? Tidak menjawab pintu lebih memalukan daripada memasukkannya sebelumnya. Apa sebaiknya aku langsung mengajaknya berkeliling ?Hmmm...

Cklek !

Seorang pemuda keluar sepertinya melalui pintu samping. Sofiya menengok memperhatikan pemuda yang memakai jast hitam tersebut. Ia terlihat tua dengan baju seformal itu. Topi beretnya masih dia pakai. Faye mendekati gadis tersebut.

" Kau datang! Saya berharap anda menerima permintaanku..." Faye menyambut Sofiya seadanya. " Kita bisa membahas pembayaran nanti, bukan ? Apakah kamu menerima permintaanku ? "

Sofiya sedikit mundur ke belakang. Ia tertegun melihat Faye yang sangat terlihat dewasa dengan baju formalnya. " Iya... saya menerima pekerjaannya. T-t-tetapi... saya ingin memastikan suatu hal..." Sofiya berkata dengan suara kecil.

" Jikalau hal yang hendak anda tanyakan dapat saya jawab akan saya usahakan..." sang butler tersebut menunduk pelan. " Apa yang hendak milady Sofiya ingin memastikan ? " Faye tersenyum menaruh tangannya yang tidak bersarung tangan ke dadanya memberi hormat.

" Tidak ada hantu di manor ini,kan ? " gadis itu berbisik.

" Ah~ Itu... Tentu saja tidak ada. Manor ini memang gelap tetapi tidak ada hal seperti itu...Aku tidak akan mengijinkan sesuatu seperti itu masuk ke manor Minne.Sebenarnya manor ini indah, wallpaper terbaik dari Perancis berwarna golden orange bersama chandeliernya. Semua barang di sini berasal dari Eropa.Semua yang kuketahui..." Faye tersenyum sekali lagi.


" Sebaiknya kuberikan sedikit tour dahulu. Manor ini cukup besar dan cukup merepotkan bahkan untuk diriku. Lagipula, Master RyuVan sedang terlelap. Ia sering tertidur di waktu yang salah" Faye manyalakan lilin. Ruangan atau apapun didalam manor tersebut gelap gulita. Hanya wajah Faye yang terkena cahaya lilin terlihat jelas, sisanya gelap.Agak mengerikan...

" Boleh aku bertanya kenapa tidak membuka gorden dan menyalakan lampu ? " Sofiya masih ingat akan perkataan faye mengenai Chandelier...

" Oh~ Iya... saya lupa akan hal tersebut. Master RyuVan sangat tidak tahan cahaya. Tidak dalam artian buruk ataupun perumpamaan. Ia merasa bahwa jika ia terkena cahaya ia akan terbakar habis. Saya pernah lihat pada saat ia bermandikan cahaya pada hari tersebut..." Ia sampai berkeringat darah dan tidak bisa bernafas..." Faye berjalan melewati lorong lorong ditemani Sofiya.

"..."

"... menyerupai seorang..."

"..vampire ? Mungkin itu hal yang cocok mendeskripsikan dia.. Walau dia bukan seorang vampire..." Faye melanjutkan perkataan Sofiya.

Sofiya terdiam. Ia hendak bertanya lebih lanjut tetapi ia agak gugup dengan Faye. Ia juga sebenarnya ingin bertanya tentang dirinya tetapi Faye terlihat bukan seperti orang yang hendak membuka dirinya pada orang yang baru tadi pagi ia temui.

Faye berhenti di tengah perjalanan. Ia membuka tirai abu-abu perlahan. Cahaya perlahan masuk ke dalam ruangan tetapi faye memastikan cahaya yang masuk termaksud minim agar dia tidak terbangun. " Di luar adalah taman, taman ini biasanya dirawat oleh butler sekitar." Sofiya memperhatikan taman tersebut dari jendela yang tirainya dibukakan Faye. Taman tersebut luas, sekitar satu-dua hektar perkiraan Sofiya. Terdapat kolam renang, mazes, taman buah, taman bunga sepertinya apapun ada di sana.

"Rumah kaca tersebut berisi tanaman. Biasanya tamu kita senang minum teh disana. " Faye menunjuk kepada rumah kaca dari kejauhan. Sepertinya seseorang sedang di sana. Apa aku bertanya saja pada...Sofiya melirik Faye. Sepertinya bukan pilihan yang baik...

" Apa ada masalah ?" Faye tersenyum.

Sofía tertegun. Kaget dan gemetaran. Sepertinya barusan suaranya berubah lebih berat ?Apa hanya perasaanku ?

" Semua kamar di sini mempunyai lampu, sakelar lampu tersebut berada di sebelah kiri tembok pas dekat pintu. Ingat saja itu. Tetapi tentu saja masterku lebih memilih menyalakan lilin daripada lampu tersebut sendiri... "Faye meniup lilin yang ia pegang.

Faye membuka jam di kantongnya. Jam enam lewat enam menit...Sempurna. " Sofiya, semuanya akan kujelaskan jika kau diterima oleh tuanku RyuVan. Faye mendorong Sofiya menuju tangga lantai atas. Di sana semuanya terlihat jauh lebih gelap daripada lantai bawah." A-a-a... aku mau dibawa kemana ? " Sofiya panik. Dadanya berdetak kencang tidak karuan.

" Tuanku seharusnya sudah bangun... langsung saja coba bercakap-cakap bersamanya. Jika kau diterima tuanku, kau diterima seisi manor ini " Faye mengetok pintu sebuah kamar.

"T-T-Tunggu! Aku masih medengar suara resahan! Mungkin...ia... masih..."Brakk! Ia dilempar Faye ke dalam kamar.

Kutunggu kau keterima. Kalau sudah diterima datanglah ke ruang dapur yang tadi barusan kita lewati...

Terdengan suara Faye menjauh dari tempat tersebut...


---

Etique

This is My Original Story written in Indonesian.
You could see the newest Chapters at My FanFiction.
I'm not good at writing so they're many misspelling and bad grammars.
I'm sorry for this.
Enjoy.
----
Teh, Maid, Butler dan Master. "I'm an Etique. Not human...i suppose..."

----
Prologue

Di dunia ini

Manusia menentukan , menganggap dan menentukan

Anggapan mereka selalu terbagi tiga...

Benar...Salah...dan belum menentu...

Manusia menanggap bahwa ras mereka..

Hanya satu dan selalu satu...

Banyak juga yang mengetahui dan mencari tahu...

Apa di bumi ini ada ras yang sama dengan manusia ?

Mereka yang ditemukan dahulu,sekarang, dan yang akan datang...

Kami ?

Kami menyebut diri sendiri Etique...


---

Chapter 1. Sofiya Moonlighthe

Jepang , Sekarang

" K-kamu kenapa, nona ? "

Lapar…

Perkenalkan, namaku Sofíya . Hanya Sofiya.. Ibuku berkata bahwa nama belakangku tergantung dari orang yang nanti akan kunikahi. Ibu ? Ayah ? Sudah lama bukan ? Tujuh tahun sudah...mereka tiada.

"N-n-nona? Lady? Erm- Himesama? Apa kau baik baik saja "

Lapar sekali... " Aku lapar..."

" EEEKKH ? Ah... aku lakukan apa yang aku bisa..." Hup !

" I-i-ini ! Makanlah..."

"Hehe...kau aneh tergeletak di jalan seperti itu.. Apa yang terjadi ? Siapa namamu ?"

" So-sofiya , Sofiya Moonlighthe ... " Ia berbicara sambil memakan roti isi stroberi permberian sang pemuda. " Aku dikeluarkan dari rumah kost karena tidak bisa membayar , kebetulan aku dipecat dan aku sudah tidak memiliki siapa siapa ..." Gadis itu bersedih.

"Aku lupa memperkenalkan diriku..." Pemuda itu tersenyum. " Faye Tristan, panggil aku Faye." Pemuda bertopi beret tersebut tersenyum. " Kebetulan...aku mencari maid untuk melayani tuanku. Apa kau bersedia ? Bayarannya lumayan. Tetapi anda harus berani menghadapinya. " Faye tersenyum manis.

" Dia ? siapa "dia" ? Apa yang kau maksud ? " Sofiya bertanya jujur.

" Dia, maksudku tuanku... namanya RyuVan Minne. Seharusnya namanya Riyyu Vanne tetapi panggilannya begitu. Apakah milady bersedia ? Jika iya silahkan ke tempat ini... " Fave tersenyum mengeluarkan sebuah kartu hitam dari kantong vestnya.

"Ini kartu kerja ?" Sofiya bingung akan kartu hitam aneh tersebut.

"Datanglah saat malam. Itu waktu terbaik untuk berinteraksi dengan tuanku. " Faye berpamitan. "Saya pergi dahulu... "

Ia berjalan memakai skateboard ?Aneh ?


" Tuanku, saya menemukan perempuan yang mungkin akan menjadi maid di sini ..." Faye membuka gorden abu abu di sebuah kamar.

"Tutup lagi..."

"Maafkan aku tuan... saya hampir lupa tentang kondisi anda..." Faye meminta maaf secara formal.

" Kita tidak memerlukan maid."

"...tetapi is memerlukan pekerjaan dan rumah. Lagipula kasihan ia dijalanan sendirian." Faye tersenyum menuangkan teh ke gelas kaca.

"Teh ini... "

" Kutanam sendiri tuanku... saya tahu cita rasa tuanku tidak jauh berbeda dari diriku..." faye tersenyum agak sinis dari biasanya.

"Kau... dengan senyummu itu kau bisa saja menakuti seluruh manor ini..."

"Begitukan? Bisa saja tuan memujiku... " Faye tersenyum simpul.

" Kau... panggilah aku adikmu... kita sekeluarga bukan ? Faye ? Janggan panggil aku tuan... "

" Tuanku, aku masih tidak dapat menerima diriku sebagai satu keluarga dengan tuan. Biarkanlah aku melayanimu dengan sepenuh hidupku. " Faye menuangkan teh kedua.

" Terserah dirimu,lah... " Ia meminum teh kedua. " British Poison Ivy Eleveinde Lavender? "

" Tuanku tambah pintar dalam menebak..." Faye menutup pintu.


---

I'll add soon.

Hope you like it.

Semoga suka ya~ :D

Welcome~

This is my new blog..
I deleted The Lonely Winter because It's random and I'm dizzy with my own writing...
I'll post my Fics...Pics...even music (not my music) here...
Hope You'll enjoy my blog.
I'd mostly write in Indonesian though...


Enjoy the pic...
Not mine...