Welcome,Nya~

Sabtu, 02 Oktober 2010

Jumat, 01 Oktober 2010

Hetalia: Austria Bookmark

I'm sketching an Austria bookmark...
It turned something like this...
I dunno... Is it good ?
I'm not too good at making real form...
I'm not good at coloring too...


Etique chapter Three

Posting the Third Chapter...
My Friend says she likes it... so I can't stop yet..
I Hope you enjoy it too.
---

Chapter 3. Ryuvan Minne

A-A-Apa yang harus kulakukan ? Sofiya gemetaran. Ia hendak berjalan, tetapi ruangan yang ia masuki ini hampir tidak ada sumber cahaya. Hari sudah malam, ruangan sangat gelap. Sofiya mendekati kepingan silver yang menyala di tengah kegelapan. Helaian yang rapi menyala nyala di tengah kegelapan. Itu...?

Sofiya mendekati sinar tersebut. Manusia ? Seorang pemuda berumur 19 tahun-an. Wajahnya manis, kulitnya putih... terlalu putih seakan-akan sebongkah es dingin. Ia membalikkan badannya, menggaruk telinga yang berada di atas kepalanya...

...

...

...

Telinga ?

Sofiya mudur menuju tembok. Sayangnya tembok yang ia tuju ternyata adalah meja. Ia memecahkan beberapa barang, apapun yang berada di meja tersebut. Ia menemukan tempat lilin.

Setiap tempat lilin pasti sudah kutaruh lilin seadanya, Lilin sulit dicari di Jepang.

Sofiya teringat apa yang dikatakan Faye. Ia cepat cepat meraba meja tersebut untuk menyalakan satu, tetapi api tersebut mati sebelum ia menyentuh lilin. Tidak ada angin di tempat ini ,jendela juga yang membutnya mati ? Sofiya kedua kalinya menyalakan lilinnya.

"Sebaiknya kita pastikan dahulu apa keinginanmu datang ke sini, bukan ?" Pemuda itu sudah bangun , Ia mendorong Sofiya ke tembok secara halus. Sofiya bahkan dapat merasakan kulit orang tersebut, dingin. "Karena engkau memecahkan barang pemberian Simone. Walau tak berguna, aku selalu senang menerimanya. Maukah kau kuhukum ?" Suara pemuda tersebut halus, Ia berbicara dengan sedikit aksen Perancis, tetapi tetap berbahasa Jepang.

"Namamu Sofiya,bukan ?" Ia mengerakkan tangannya. Secara pelan, memegang tangan Sofiya. "Namaku Riyuu Vanne Minne, Panggil diriku Ryuvan, kalau bisa dengan master atau tuan di depannya." Jantung Sofiya berdegup kencang. Ia menutup matanya karena ketakutan, laki-laki berwajah pucat tersebut sama sekali tidak berniat melepskan genggaman tangannya dan tidak berhenti mendorongnya ke tembok.

...

...

...

...

" Kamu takut ?"

Sofiya membuka matanya hanya melihat sang pemuda tersebut duduk kembali di atas tempat beberapa kali berkedip dan terlihat sedih. Mukanya yang pucat menambah kesedihannya. Warna Topaz Biru memancar dari matanya. Ia menangis, tangisan berwarna biru, rambut berwarna perak dan baju berwarna putih.

"A-a-a-aku hanya sedikit terkejut. Nanti pasti aku akan terbiasa dengan tuan..." Sofiya berhenti berbicara sejenak. " ...aku... sudah tidak mempunyai tempat untuk pergi. Aku tidak tahu harus bagaimana kalu aku tidak bekerja di sini... Mungkin tidak ada yang mau menerima aku..." Sofiya melanjutkan.

" Kalau anda tidak mau di sini, aku tidak melarangmu. Barang pecah tersebut, anggap saja tidak pernah terjadi." Suaranya berubah. Suaranya jauh lebih dalam dan pasti. Sofiya merasa enggan. Siapakah orang ini ?

Sofiya, aku ingin bertanya padamu...Apa kau bersedia menerima keadaan tuanku?

Master Ryuvan sangat tidak tahan cahaya. Tidak dalam artian buruk ataupun perumpamaan. Ia merasa bahwa jika ia terkena cahaya ia akan terbakar habis. Saya pernah lihat pada saat ia bermandikan cahaya pada hari tersebut... Ia sampai berkeringat darah dan tidak bisa bernafas..."

"..."

"... menyerupai seorang..."

"..vampire ? Mungkin itu hal yang cocok mendeskripsikan dia.. Walau dia bukan seorang vampire..."

Ia teringat lagi perkataan Faye. Janjinya terhadap Faye bahwa ia siap menghadapi tuannya.

"Kalau aku memberitahumu lebih soal tuanku, mungkin ia akan memarahiku. Karena engkau belum tentu dipilih oleh tuanku."

Sudah tidak mungin ia bertanya lagi kepada Faye tentang apa yang akan Ryuvan dan Faye? Ataupun mengapa mereka disini. " Baiklah, aku akan pulang..." Sofiya menundukkan kepala menjauh dari kamar tidur sang tuan.

Dari kejauhan, Ryuvan melihatnya. Ia tidak berniat menghentikannya Sama sekali tidak...

...

...

...

Ah~ ahaha... ahahaha...


"Hahahaha..."

Ia tertawa, menangis... tetapi tertawa. Senyumannya indah bagaikan kristal-kristal gula...Tawanya menyeramkan.

Brak! "Tuan Ryuvan... apa yang terjadi ?" Faye pertama kalinya membuka matanya-yang sipit-. "Apa yang terjadi?"Faye memandang lurus ke Sofiya. Apa yang hendak kau lakukan?

"Aku tidak melakukan apapun... " Jawab Sofiya gemetaran. Ah?Apakah aku benar-benar takut akannya ? Faye mendesah.

"Aku mengerti Sofi... Sudahlah... pulang saja..."

Tetapi... aku tidak mempunyai tempat untuk pulang...

"Ini semua demi kebaikan kau dan tuanku."

Bukankah dia yang merekomendasikanku ?

"Maaf tuan, perkiraanku salah akan memilihnya. Faye akan menerima hukuman dari tuan..." Faye menunduk, sangat menyesal.

Ryuvan tersenyum.

"Ahahaha...F.a.y.e... Kau hobi sekali mengusili dia..." Ryuvan mulai tertawa. Menangis. Tertawa. Meneteskan air mata lagi. " Aku jadi geli melihat sifatmu... " Ryuvan mencubit Faye. " Kau katakan apa tentangku kepadanya sampai ia gemetaran seperti itu ? " Tanyanya dengan nada serius.

"Eh? Aku ?" Faye tersenyum... agak licik.


---

Yep... more chapters later...

I haven't write anything these days :D

Moga suka~ maaf banyak mistypes XD

Etique Chapter Two

Still....
I'm just re-posting from my account at FanFiction....
Languange : Indonesian
Rating : T
---
Chapter 2. Faye Tristan Minne

" Hmmm... Aku tidak pernah mengetahui bahwa ada jalan seperti ini di Jepang." Sofiya melewati sejajaran rumah bergaya Eropa . " seperti berada di tempat lain..." Ia mengecek jam. Jam lima sore...

Satu rumah besar mendapat perhatiannya. " Ini kah ? Rumah yang ada dalam alamat yang diberikan Faye ? " Tulisan kartu tersebut baru muncul setelah sejam ditangannya. Warna kartunya berubah menjadi hijau muda. Nama Faye tertulis di sana : Faye Tristan Minne.

"Permisi... ada orang di sini ? N-Namaku Sofiya.. " ia gemetaran. " Saya datang ingin melamar kerja sebagai maid..."

Wajah Faye teringat terus di kepala sang gadis. Ia tersenyum, berkata satu atau dua patah kata. Tersenyum kembali. Sedikit tertawa ringan lalu tersenyum lagi. Wajahnya yang tenang, bola mata seperti orang Jepang, rambut pendek coklat yang tertata rapi , seperti musim ...

"Apakah ada orang ? Permisi..." Sofiya mencoba mengetuk pintu besar tersebut untuk kedua kalinya. Ia sudah bertanya sekitar jalan tersebut. Banyak yang terkaget-kaget mengenai pertanyaan Sofiya tentang alamat rumah tersebut . Mengapa tidak ? Ternyata rumah tersebut lebih dapat dibilang sebuah kastil kecil di tengah-tengah kompleks perumahan di sana. Tidak ada yang tidak mengetahui rumah tersebut.

"Hati-hati...Rumornya... rumah tersebut berhantu..." semua orang yang ditanyai oleh Sofiya berkata hal semacam itu. Sofiya agak tertegun, tetapi tekadnya sudah bulat.

Aku memang lemah dan penakut, tetapi jika aku tidak mengambil kesempatan ini... aku tidak akan bisa kemana-mana lagi. Ini pilihan yang akan kupilih. Apapun di depan sana... akan kuhadapi...


Tok ! Tok! Tok!

Faye mengecek jam di kantongnya. Baru setengah enam...Waktu yang kurang baik menuruktu untuk dia datang sekarang...Ia baru saja bangun... Ia agak...Hmm...apa kata yang selalu kucari tersebut ? Fur ? Fur? Furgal sepertinya ?Yah, apa yang bisa saya lakukan ? Tidak menjawab pintu lebih memalukan daripada memasukkannya sebelumnya. Apa sebaiknya aku langsung mengajaknya berkeliling ?Hmmm...

Cklek !

Seorang pemuda keluar sepertinya melalui pintu samping. Sofiya menengok memperhatikan pemuda yang memakai jast hitam tersebut. Ia terlihat tua dengan baju seformal itu. Topi beretnya masih dia pakai. Faye mendekati gadis tersebut.

" Kau datang! Saya berharap anda menerima permintaanku..." Faye menyambut Sofiya seadanya. " Kita bisa membahas pembayaran nanti, bukan ? Apakah kamu menerima permintaanku ? "

Sofiya sedikit mundur ke belakang. Ia tertegun melihat Faye yang sangat terlihat dewasa dengan baju formalnya. " Iya... saya menerima pekerjaannya. T-t-tetapi... saya ingin memastikan suatu hal..." Sofiya berkata dengan suara kecil.

" Jikalau hal yang hendak anda tanyakan dapat saya jawab akan saya usahakan..." sang butler tersebut menunduk pelan. " Apa yang hendak milady Sofiya ingin memastikan ? " Faye tersenyum menaruh tangannya yang tidak bersarung tangan ke dadanya memberi hormat.

" Tidak ada hantu di manor ini,kan ? " gadis itu berbisik.

" Ah~ Itu... Tentu saja tidak ada. Manor ini memang gelap tetapi tidak ada hal seperti itu...Aku tidak akan mengijinkan sesuatu seperti itu masuk ke manor Minne.Sebenarnya manor ini indah, wallpaper terbaik dari Perancis berwarna golden orange bersama chandeliernya. Semua barang di sini berasal dari Eropa.Semua yang kuketahui..." Faye tersenyum sekali lagi.


" Sebaiknya kuberikan sedikit tour dahulu. Manor ini cukup besar dan cukup merepotkan bahkan untuk diriku. Lagipula, Master RyuVan sedang terlelap. Ia sering tertidur di waktu yang salah" Faye manyalakan lilin. Ruangan atau apapun didalam manor tersebut gelap gulita. Hanya wajah Faye yang terkena cahaya lilin terlihat jelas, sisanya gelap.Agak mengerikan...

" Boleh aku bertanya kenapa tidak membuka gorden dan menyalakan lampu ? " Sofiya masih ingat akan perkataan faye mengenai Chandelier...

" Oh~ Iya... saya lupa akan hal tersebut. Master RyuVan sangat tidak tahan cahaya. Tidak dalam artian buruk ataupun perumpamaan. Ia merasa bahwa jika ia terkena cahaya ia akan terbakar habis. Saya pernah lihat pada saat ia bermandikan cahaya pada hari tersebut..." Ia sampai berkeringat darah dan tidak bisa bernafas..." Faye berjalan melewati lorong lorong ditemani Sofiya.

"..."

"... menyerupai seorang..."

"..vampire ? Mungkin itu hal yang cocok mendeskripsikan dia.. Walau dia bukan seorang vampire..." Faye melanjutkan perkataan Sofiya.

Sofiya terdiam. Ia hendak bertanya lebih lanjut tetapi ia agak gugup dengan Faye. Ia juga sebenarnya ingin bertanya tentang dirinya tetapi Faye terlihat bukan seperti orang yang hendak membuka dirinya pada orang yang baru tadi pagi ia temui.

Faye berhenti di tengah perjalanan. Ia membuka tirai abu-abu perlahan. Cahaya perlahan masuk ke dalam ruangan tetapi faye memastikan cahaya yang masuk termaksud minim agar dia tidak terbangun. " Di luar adalah taman, taman ini biasanya dirawat oleh butler sekitar." Sofiya memperhatikan taman tersebut dari jendela yang tirainya dibukakan Faye. Taman tersebut luas, sekitar satu-dua hektar perkiraan Sofiya. Terdapat kolam renang, mazes, taman buah, taman bunga sepertinya apapun ada di sana.

"Rumah kaca tersebut berisi tanaman. Biasanya tamu kita senang minum teh disana. " Faye menunjuk kepada rumah kaca dari kejauhan. Sepertinya seseorang sedang di sana. Apa aku bertanya saja pada...Sofiya melirik Faye. Sepertinya bukan pilihan yang baik...

" Apa ada masalah ?" Faye tersenyum.

Sofía tertegun. Kaget dan gemetaran. Sepertinya barusan suaranya berubah lebih berat ?Apa hanya perasaanku ?

" Semua kamar di sini mempunyai lampu, sakelar lampu tersebut berada di sebelah kiri tembok pas dekat pintu. Ingat saja itu. Tetapi tentu saja masterku lebih memilih menyalakan lilin daripada lampu tersebut sendiri... "Faye meniup lilin yang ia pegang.

Faye membuka jam di kantongnya. Jam enam lewat enam menit...Sempurna. " Sofiya, semuanya akan kujelaskan jika kau diterima oleh tuanku RyuVan. Faye mendorong Sofiya menuju tangga lantai atas. Di sana semuanya terlihat jauh lebih gelap daripada lantai bawah." A-a-a... aku mau dibawa kemana ? " Sofiya panik. Dadanya berdetak kencang tidak karuan.

" Tuanku seharusnya sudah bangun... langsung saja coba bercakap-cakap bersamanya. Jika kau diterima tuanku, kau diterima seisi manor ini " Faye mengetok pintu sebuah kamar.

"T-T-Tunggu! Aku masih medengar suara resahan! Mungkin...ia... masih..."Brakk! Ia dilempar Faye ke dalam kamar.

Kutunggu kau keterima. Kalau sudah diterima datanglah ke ruang dapur yang tadi barusan kita lewati...

Terdengan suara Faye menjauh dari tempat tersebut...


---

Etique

This is My Original Story written in Indonesian.
You could see the newest Chapters at My FanFiction.
I'm not good at writing so they're many misspelling and bad grammars.
I'm sorry for this.
Enjoy.
----
Teh, Maid, Butler dan Master. "I'm an Etique. Not human...i suppose..."

----
Prologue

Di dunia ini

Manusia menentukan , menganggap dan menentukan

Anggapan mereka selalu terbagi tiga...

Benar...Salah...dan belum menentu...

Manusia menanggap bahwa ras mereka..

Hanya satu dan selalu satu...

Banyak juga yang mengetahui dan mencari tahu...

Apa di bumi ini ada ras yang sama dengan manusia ?

Mereka yang ditemukan dahulu,sekarang, dan yang akan datang...

Kami ?

Kami menyebut diri sendiri Etique...


---

Chapter 1. Sofiya Moonlighthe

Jepang , Sekarang

" K-kamu kenapa, nona ? "

Lapar…

Perkenalkan, namaku Sofíya . Hanya Sofiya.. Ibuku berkata bahwa nama belakangku tergantung dari orang yang nanti akan kunikahi. Ibu ? Ayah ? Sudah lama bukan ? Tujuh tahun sudah...mereka tiada.

"N-n-nona? Lady? Erm- Himesama? Apa kau baik baik saja "

Lapar sekali... " Aku lapar..."

" EEEKKH ? Ah... aku lakukan apa yang aku bisa..." Hup !

" I-i-ini ! Makanlah..."

"Hehe...kau aneh tergeletak di jalan seperti itu.. Apa yang terjadi ? Siapa namamu ?"

" So-sofiya , Sofiya Moonlighthe ... " Ia berbicara sambil memakan roti isi stroberi permberian sang pemuda. " Aku dikeluarkan dari rumah kost karena tidak bisa membayar , kebetulan aku dipecat dan aku sudah tidak memiliki siapa siapa ..." Gadis itu bersedih.

"Aku lupa memperkenalkan diriku..." Pemuda itu tersenyum. " Faye Tristan, panggil aku Faye." Pemuda bertopi beret tersebut tersenyum. " Kebetulan...aku mencari maid untuk melayani tuanku. Apa kau bersedia ? Bayarannya lumayan. Tetapi anda harus berani menghadapinya. " Faye tersenyum manis.

" Dia ? siapa "dia" ? Apa yang kau maksud ? " Sofiya bertanya jujur.

" Dia, maksudku tuanku... namanya RyuVan Minne. Seharusnya namanya Riyyu Vanne tetapi panggilannya begitu. Apakah milady bersedia ? Jika iya silahkan ke tempat ini... " Fave tersenyum mengeluarkan sebuah kartu hitam dari kantong vestnya.

"Ini kartu kerja ?" Sofiya bingung akan kartu hitam aneh tersebut.

"Datanglah saat malam. Itu waktu terbaik untuk berinteraksi dengan tuanku. " Faye berpamitan. "Saya pergi dahulu... "

Ia berjalan memakai skateboard ?Aneh ?


" Tuanku, saya menemukan perempuan yang mungkin akan menjadi maid di sini ..." Faye membuka gorden abu abu di sebuah kamar.

"Tutup lagi..."

"Maafkan aku tuan... saya hampir lupa tentang kondisi anda..." Faye meminta maaf secara formal.

" Kita tidak memerlukan maid."

"...tetapi is memerlukan pekerjaan dan rumah. Lagipula kasihan ia dijalanan sendirian." Faye tersenyum menuangkan teh ke gelas kaca.

"Teh ini... "

" Kutanam sendiri tuanku... saya tahu cita rasa tuanku tidak jauh berbeda dari diriku..." faye tersenyum agak sinis dari biasanya.

"Kau... dengan senyummu itu kau bisa saja menakuti seluruh manor ini..."

"Begitukan? Bisa saja tuan memujiku... " Faye tersenyum simpul.

" Kau... panggilah aku adikmu... kita sekeluarga bukan ? Faye ? Janggan panggil aku tuan... "

" Tuanku, aku masih tidak dapat menerima diriku sebagai satu keluarga dengan tuan. Biarkanlah aku melayanimu dengan sepenuh hidupku. " Faye menuangkan teh kedua.

" Terserah dirimu,lah... " Ia meminum teh kedua. " British Poison Ivy Eleveinde Lavender? "

" Tuanku tambah pintar dalam menebak..." Faye menutup pintu.


---

I'll add soon.

Hope you like it.

Semoga suka ya~ :D

Welcome~

This is my new blog..
I deleted The Lonely Winter because It's random and I'm dizzy with my own writing...
I'll post my Fics...Pics...even music (not my music) here...
Hope You'll enjoy my blog.
I'd mostly write in Indonesian though...


Enjoy the pic...
Not mine...