My Friend says she likes it... so I can't stop yet..
I Hope you enjoy it too.
---
Chapter 3. Ryuvan Minne
A-A-Apa yang harus kulakukan ? Sofiya gemetaran. Ia hendak berjalan, tetapi ruangan yang ia masuki ini hampir tidak ada sumber cahaya. Hari sudah malam, ruangan sangat gelap. Sofiya mendekati kepingan silver yang menyala di tengah kegelapan. Helaian yang rapi menyala nyala di tengah kegelapan. Itu...?
Sofiya mendekati sinar tersebut. Manusia ? Seorang pemuda berumur 19 tahun-an. Wajahnya manis, kulitnya putih... terlalu putih seakan-akan sebongkah es dingin. Ia membalikkan badannya, menggaruk telinga yang berada di atas kepalanya...
...
...
...
Telinga ?
Sofiya mudur menuju tembok. Sayangnya tembok yang ia tuju ternyata adalah meja. Ia memecahkan beberapa barang, apapun yang berada di meja tersebut. Ia menemukan tempat lilin.
Setiap tempat lilin pasti sudah kutaruh lilin seadanya, Lilin sulit dicari di Jepang.
Sofiya teringat apa yang dikatakan Faye. Ia cepat cepat meraba meja tersebut untuk menyalakan satu, tetapi api tersebut mati sebelum ia menyentuh lilin. Tidak ada angin di tempat ini ,jendela juga yang membutnya mati ? Sofiya kedua kalinya menyalakan lilinnya.
"Sebaiknya kita pastikan dahulu apa keinginanmu datang ke sini, bukan ?" Pemuda itu sudah bangun , Ia mendorong Sofiya ke tembok secara halus. Sofiya bahkan dapat merasakan kulit orang tersebut, dingin. "Karena engkau memecahkan barang pemberian Simone. Walau tak berguna, aku selalu senang menerimanya. Maukah kau kuhukum ?" Suara pemuda tersebut halus, Ia berbicara dengan sedikit aksen Perancis, tetapi tetap berbahasa Jepang.
"Namamu Sofiya,bukan ?" Ia mengerakkan tangannya. Secara pelan, memegang tangan Sofiya. "Namaku Riyuu Vanne Minne, Panggil diriku Ryuvan, kalau bisa dengan master atau tuan di depannya." Jantung Sofiya berdegup kencang. Ia menutup matanya karena ketakutan, laki-laki berwajah pucat tersebut sama sekali tidak berniat melepskan genggaman tangannya dan tidak berhenti mendorongnya ke tembok.
...
...
...
...
" Kamu takut ?"
Sofiya membuka matanya hanya melihat sang pemuda tersebut duduk kembali di atas tempat beberapa kali berkedip dan terlihat sedih. Mukanya yang pucat menambah kesedihannya. Warna Topaz Biru memancar dari matanya. Ia menangis, tangisan berwarna biru, rambut berwarna perak dan baju berwarna putih.
"A-a-a-aku hanya sedikit terkejut. Nanti pasti aku akan terbiasa dengan tuan..." Sofiya berhenti berbicara sejenak. " ...aku... sudah tidak mempunyai tempat untuk pergi. Aku tidak tahu harus bagaimana kalu aku tidak bekerja di sini... Mungkin tidak ada yang mau menerima aku..." Sofiya melanjutkan.
" Kalau anda tidak mau di sini, aku tidak melarangmu. Barang pecah tersebut, anggap saja tidak pernah terjadi." Suaranya berubah. Suaranya jauh lebih dalam dan pasti. Sofiya merasa enggan. Siapakah orang ini ?
Sofiya, aku ingin bertanya padamu...Apa kau bersedia menerima keadaan tuanku?
Master Ryuvan sangat tidak tahan cahaya. Tidak dalam artian buruk ataupun perumpamaan. Ia merasa bahwa jika ia terkena cahaya ia akan terbakar habis. Saya pernah lihat pada saat ia bermandikan cahaya pada hari tersebut... Ia sampai berkeringat darah dan tidak bisa bernafas..."
"..."
"... menyerupai seorang..."
"..vampire ? Mungkin itu hal yang cocok mendeskripsikan dia.. Walau dia bukan seorang vampire..."
Ia teringat lagi perkataan Faye. Janjinya terhadap Faye bahwa ia siap menghadapi tuannya.
"Kalau aku memberitahumu lebih soal tuanku, mungkin ia akan memarahiku. Karena engkau belum tentu dipilih oleh tuanku."
Sudah tidak mungin ia bertanya lagi kepada Faye tentang apa yang akan Ryuvan dan Faye? Ataupun mengapa mereka disini. " Baiklah, aku akan pulang..." Sofiya menundukkan kepala menjauh dari kamar tidur sang tuan.
Dari kejauhan, Ryuvan melihatnya. Ia tidak berniat menghentikannya Sama sekali tidak...
...
...
...
Ah~ ahaha... ahahaha...
"Hahahaha..."
Ia tertawa, menangis... tetapi tertawa. Senyumannya indah bagaikan kristal-kristal gula...Tawanya menyeramkan.
Brak! "Tuan Ryuvan... apa yang terjadi ?" Faye pertama kalinya membuka matanya-yang sipit-. "Apa yang terjadi?"Faye memandang lurus ke Sofiya. Apa yang hendak kau lakukan?
"Aku tidak melakukan apapun... " Jawab Sofiya gemetaran. Ah?Apakah aku benar-benar takut akannya ? Faye mendesah.
"Aku mengerti Sofi... Sudahlah... pulang saja..."
Tetapi... aku tidak mempunyai tempat untuk pulang...
"Ini semua demi kebaikan kau dan tuanku."
Bukankah dia yang merekomendasikanku ?
"Maaf tuan, perkiraanku salah akan memilihnya. Faye akan menerima hukuman dari tuan..." Faye menunduk, sangat menyesal.
Ryuvan tersenyum.
"Ahahaha...F.a.y.e... Kau hobi sekali mengusili dia..." Ryuvan mulai tertawa. Menangis. Tertawa. Meneteskan air mata lagi. " Aku jadi geli melihat sifatmu... " Ryuvan mencubit Faye. " Kau katakan apa tentangku kepadanya sampai ia gemetaran seperti itu ? " Tanyanya dengan nada serius.
"Eh? Aku ?" Faye tersenyum... agak licik.
---
Yep... more chapters later...
I haven't write anything these days :D
Moga suka~ maaf banyak mistypes XD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar